Minggu, 09 November 2014

RENUNGAN “ AKU TIDAK LEBIH DULU KE SURGA “



           
Aku tidak tahu dimana berada. Meski sekian banyak manusia berada di sekelilingku, namun aku tetap merasa sendiri dan ketakutan . Aku masih bertanya, tempat apa ini , dan buat apa manusia di kumpulkan ?. Mungkinkah , ah….aku tidak mau mengira-ngira. Rasa takutku makin menjadi-jadi, tatkala seseorang yang tidak pernah aku kenal sebelumnya mendekatiku dan menjawab pertanyaan hatiku. “ Inilah yang disebut Padang Mahsar ,“  suaranya begitu menggetarkan jiwaku .  “ bagaimana ia bisa tahu pertanyaanku” , batinku . Aku menggigil , tubuhku terasa lemas , mataku tegang mencari perlindungan dari seseorang yang ku kenal.
Kusaksikan langit menghitam , sesaat kemudian bersinar kemilauan. Bersamaan dengan itu, terdengar suara menggema. Aku baru sadar, inilah penentuan ,hari dimana semua manusia akan menerima keputusan akan balasan dari amalnya selama di dunia. Hari ini pula akan ditentukan nasib manusia selanjutnya, surgakah yang akan dinikmati atau azab neraka yang siap menanti. Aku semakin takut , Namun debar dalam dadaku sedikit hilang  mengingat amal-amal baikku di dunia. Mungkinkah aku tergolong orang-orang yang mendapat kasihNya atau jangan…..jangan…….!!!!!
Aku dan semua manusia lainnya masih menunggu keputusan Yang Mengusai Hari Pembalasan. Tak lama kemudian , terdengar lagi suara menggema tadi yang mengatakan , bahwa sesaat lagi akan dibacakan daftar manusia-manusia yang akan menemani Rasulullah SAW di surga yang indah . Lagi-lagi dadaku berdebar, ada keyakinan bahwa namaku termasuk dalam daftar itu, mengingat banyaknya infaq yang aku sedekahkan. Terlebih lagi , sewaktu di dunia aku dikenal sebagai juru dakwah. “ kalaulah banyak orang yang ku dakwahi masuk surga, apalagi aku,” pikirku mantap.
Akhirnya nama-nama itupun mulai disebutkan . Aku masih beranggapan bahwa namaku ada dalam deretan penghuni surga itu, mengingat ibadah-ibadah dan perbuatan-perbuatan baikku. Dalam daftar itu, nama Rasulullah SAW sudah pasti tercantum pada urutan teratas, sesuai janji Allah SWT melalui malaikat Jibril AS, bahwa tidak satupun jiwa yang masuk ke dalam surga sebelum Muhammad SAW masuk. Setelah itu tersebutlah para AssabiquunalAwwaluun . Kulihat Fatimah Az-zahra dengan senyum manisnya melangkah bahagia sebagai wanita pertama yang ke surga, diikuti para istri-istri dan keluarga rasullainnya.
Para Nabi dan Rasul Allah lainnya pun masuk dalam daftar tersebut. Yasir dan Sumayyah berjalan tenang dengan predikat Syahid dan Syahidah pertama dalam islam. Juga para sahabat lainnya, satu persatu para pengikut terdahulu Rasul itu dengan bangga melangkah ke tempat dimana Allah akan membuka tabirnya. Yang aku tahu, salah satu kenikmatan yang akan diterima para penghuni surga adalah melihat wajah Allah. Kusaksikan para sahabat Muhajirin dan Ansor yang tengah bersyukur mendapatkan nikmat tiada terhingga sebagai balasan kesetiaan berjuang bersama Muhammad menegakkan Risalah. Setelah itu tersebutlah para mukminin dan para syuhada terdahulu dalam berbagai perjuangan pembelaan agama Allah.
Sementara, dadaku berdegub keras menunggu giliran . Aku terperanjat begitu melihat rombongan anak-anak yatim dengan riang berlari untuk segera menikmati kesegaran telaga kautsar. Beberapa dari mereka tersenyum sambil melambaikan tangan kepadaku. Sepertinya aku kenal mereka. Ya Allah, mereka anak-nanak yatim sebelah rumahku yang tidak pernah ku perhatikan. Anak-anak yang selalu menangis kelaparan dimalam hari sementara sering ku buang sebagian makanan yang tak habis kumakan.
“ Subhanallah, itu si parmin tukang mie dekat kantorku,” aku terperangah melihatnya melenggang ke surge.  Parmin, pemuda yang tidak lulus SD itu pernah bercerita, bahwa sebagian besar hasil dagangnya ia kirimkan untuk Ibu dan biaya sekolah empat adiknya. PArmin yang rajin sholatitu,  rela berpuasa berhari-hari asal Ibu dan adik-adiknya di kampong tidak kelaparan. Tiba-tiba orang yang sejak tadi di sampingku berkata lagi, “PArmin yang tukang mie itu lebih baik dimata Allah. Ia bekerja untuk kebahagiaan orang lain. Sementara aku, semua hasil keringatku semata untuk keperluanku.
Lalu berturut-turut lewat didepanku mataku, mbok Darmi penjual pecel yang kehadirannya selalu ku tolak, pengemis yang setiap hari lewat depan rumah dan selalu mendapat kata “maaf” dari bibirku dibalik pagar tinggi rumahku. Orang disampingku berbicara lagi seolah menjawab setiap pertanyaanku meski tidakkulontarkan, “ Mereka ikhlas, tidak sakit hati serta tidak memendam kebencian meski kau tolak. Orang dengan wajah bersinar disampingku itu hendak berbicara lagi, aku ingin menolaknya. Tetapi tanganku tak kuasa menahannya untuk berbicara. “ Ibadahmu bukan untuk Allah, tapi semata untuk kepentinganmu mendapatkan surge Allah,shodaqohmu sebatas untukmemperjelas status social, di balik bantuanmu tersimpan keinginan mendapatkan penghargaan, dan dakwah yang kau lakukan hanya berbekas untuk orang lain, tidak untukmu,” bergetarlah tubuhku mendengarnya.
Anak-anak yatim,Parmin, Mbok Darmi, Pengemis tua, murid-murid pengajian, jama’ah masjid dan banyak lagi orang-orang yang sering kuanggap tidak lebih baik dariku, mereka lebih dulu ke surga Allah. Padahal, aku sering beranggapan ,surge adalah balasan yang pantas untukkuatas dakwah yang ku lakukan , infaq yang ku berikan, ilmu yang ku ajarkan dan perbuatan baik lainnya. Ternyata aku tidak lebih tunduk daripada mereka, tidak lebih ikhlas dalamberamal dari pada mereka, tidak lebih bersih hati dari pada mereka, sehingga “AKU TIDAK LEBIH DULU KE SURGA “daripada mereka. 
Termasuk manakah Anda……….. ?
Jam didnding berdentang tiga kali. AKu tersentak bangun dan…., Astagfirullah…..!!!! ternyata Allah telah menasehatiku lewat mimpi malam ini.

Zzz…..zzzzz……zzzzzz
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar